Mesothelioma is a form of cancer which occurs in thin membranes (called the mesothelium) lining the chest, lungs, abdomen and sometimes the heart. Although quite rare, mesothelioma symptoms strike more than 200 people each year in the United States. The majority of mesothelioma cases are directly linked to asbestos exposure.
Because of the long latency period of mesothelioma, the average age of patients is between 50 and 70 years. Mesothelioma affects men most due to the high exposure of asbestos in industrial typed jobs. Mesothelioma symptoms include respiratory problems, shortness of breath, continual cough and pneumonia. Other mesothelioma symptoms include weight loss, abdominal problems and swelling. In some mesothelioma patients, the mesothelioma symptoms are quite muted, making it hard for mesothelioma doctors to diagnose.
Mesothelioma doctors specialize in the study, research, and treatments of Mesothelioma cancers.
Mesothelioma (or the cancer of the mesothelium) is a disease in which cells become abnormal and replicate without control. During Mesothelioma, these cells will invade and damage tissues and organs. Mesothelioma cancer cells can spread throughout the body causing death.
Mesothelioma treatments and Mesothelioma clinical trials and tests
There are many mesothelioma treatment options available. Treatments include surgery, radiation therapy and chemotherapy and the mesothelioma treatment depends on the patient’s age, general health and stage of the cancer. There has been much mesothelioma research conducted throughout the past two years to find new treatment methods. Click here to read more about mesothelioma treatment techniques.
Through mesothelioma research, The National Cancer Institute has sponsored mesothelioma tests and clinical trials that are designed to find new treatment methods. Because of the increase in number of mesothelioma cases in the United States, both governments have increased funding for mesothelioma research. Mesothelioma research and clinical trials have been successful in developing new techniques to fight this cancer and the outlook for more advanced mesothelioma treatments is promising.
Surgery is the most common treatment method for malignant mesothelioma. Tissues and linings affected by mesothelioma are removed by the doctor and may include the lung or even diaphragm.
A second mesothelioma treatment method is radiation therapy through the use of high energy x-rays that kill the cancer cells. Radiation therapy can be outside or inside the body.
A third mesothelioma treatment method is chemotherapy. Through pills or drugs through needles, chemotherapy drugs are used to kill cancer cells.
A new mesothelioma treatment method is called intraoperative photodynamic therapy. In this treatment, light and drugs are used to kill cancer cells during surgery for early stages of mesothelioma in the chest. Although there are numerous treatments and drugs for mesothelioma, doctors are losing the battle against this deadly disease. Most mesothelioma treatments involve old techniques combined with different drug cocktails. However, in most cases, these mesothelioma treatments have many side effects including organ damage, nausea, increase in heart failure etc. The rush to find a more effective mesothelioma treatment or even cure is ongoing at numerous clinical labs across the nation. Let's hope that the mesothelioma treatments will one day erradicate mesothelioma cancer and asbestosis.
With an abundance of information on the Internet, Mesothelioma Cancer and Asbestos ([http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com]) has consolidated the most important issues surrounding Mesothelioma, Mesothelioma doctors and symptoms, Mesothelioma treatment, Mesothelioma research and tests.
At [http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com], the website contains useful resources on Mesothelioma lawyers and attorneys, as well as causes by asbestos exposure, asbestos removal, asbestos attorneys and lawsuits, and asbestos cancer. Patients stricken by Mesothelioma and their families require support and current information. Mesothelioma Online Resources hopes to educate and give hope to survivors and victims.
Mesothelioma is such a harsh disease. Not only does it take years for symptoms to appear, but there are limited treatements and drugs that will prolong the lives of workers stricken with mesothelioma. In many cases, the death rate of mesothelioma is unfortunately very high. However, with increased funding in mesothelioma research through the government and private grants, the outlook for a mesothelioma cure is quite possible. In the meantime, mesothelioma support groups and local discussions provide the ongoing support for mesothelioma patients.
Mesothelioma Cancer and Asbestos ([http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com])is your source for mesothelioma and asbestos information, treatments, clinical trials, attorneys, support groups and lawyers.
About the website: Michael Kenneth is a successful Internet Publisher and has researched and written on many topics for [http://www.mesothelioma-cancer-and-asbestos.com] - your complete source for mesothelioma information, mesothelioma attorneys and lawyers, mesothelioma treatments and research, asbestos exposure and removal, asbestos attorneys and legislation as well as asbestos cancer.
Kematian menjadi misteri dan telah ditentukan oleh Allah SWT sang pencipta seluruh yang ada di langit dan bumi.
Tidak ada yang bisa memajukan baik semenit atau mundur walau semenit, kecuali atas izin Allah.
Begitu juga akhir kematian tergantung dengan amal perbuatan selagi masih hidup.
Seperti kisah nyata berikut ini.
Seorang wanita yang memiliki putra yang sangat menyanyanginya berakhir tragis akibat perbuatannya sendiri.
Berikut kisahya yang dilansir dari Kisah Islam Penuh Hikmah.
Pada suatu ketika, tersebutlah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan ibadah Haji.
Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu.
Sebagai Muslim yang mampu secara materi, mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji.
Segala perlengkapan sudah disiapkan.
Singkatnya ibu dan anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang satu apapun.
Akhirnya merekapun tiba di tanah suci dan merekapun melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah dan untuk menunaikan ibadah Haji
"Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruan-Mu ya Allah" Hasan menggandeng ibunya dan berbisik,
“Ummi undzur ila Ka’bah (Bu, lihatlah Ka’bah)."
Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu.
Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam.
Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.
Hasan kembali membisiki ibunya.
Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya.
Wajah ibunya pun tampak kebingungan.
Ibunya tak mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan.
Beberapa kali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.
Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya.
Beberapa menit yang lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita.
Selama tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah.
Ia shalat memohon ampunan-Nya.
Hati Hasan begitu sedih.
Siapapun yang datang ke Baitullah, pasti akan mengharapkan rahmat-Nya.
Akan terasa hampa menjadi tamu Allah, jika tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.
Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubat yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugerah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak.
Anak yang sholeh itu berniat akan kembali membawa ibunya berhaji tahun depan.
Tapi ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.
Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi.
Ibunya kembali dibutakan didekat Kabah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan simbol persatuan umat Islam itu.
Wanita itu tidak bisa melihat Ka’bah.
Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci di tahun berikutnya untuk melaksanakan ibadah Haji lagi.
Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah.
Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak dimatanya hanyalah gelap dan gulita.
Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah, ibunya.
Kejadian itu pun berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.
Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah.
Padahal, setiap berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal.
Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT?
Apa yang telah diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu?
Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya.
Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya.
Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karena kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat).
Tanpa kesulitan berarti, Hasan akhirnya bisa bertemu dengan ulama yang dimaksud.
Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang shaleh ini.
Ulama itu mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu Hasan mau menelponnya.
Anak yang berbakti ini pun pulang.
Setibanya ditanah kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut.
Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya.
Ia pun mau menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci.
Ulama itu kemudian meminta Sarah untuk berintrospeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya dimasa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah.
Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya
“Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalah sepele,” kata ulama itu pada Sarah.
Sarah terdiam sejenak.
Kemudian ia meminta waktu untuk memikirkannya.
Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat kabar dari Sarah.
Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon.
“Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit,” cerita Sarah akhirnya
“Oh, bagus… Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia,” potong ulama itu.
“Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,” ungkapnya terus terang.
Ulama itu terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.
“Disana…” sambung Sarah,
“Saya sering kali menukar bayi, karena tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.”
Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah.
“Astagfirullah…” betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak.
Bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.
Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting.
Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas.Tidak ada yang bisa memajukan baik semenit atau mundur walau semenit, kecuali atas izin Allah.
Begitu juga akhir kematian tergantung dengan amal perbuatan selagi masih hidup.
Seperti kisah nyata berikut ini.
Seorang wanita yang memiliki putra yang sangat menyanyanginya berakhir tragis akibat perbuatannya sendiri.
Berikut kisahya yang dilansir dari Kisah Islam Penuh Hikmah.
Pada suatu ketika, tersebutlah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan ibadah Haji.
Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu.
Sebagai Muslim yang mampu secara materi, mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji.
Segala perlengkapan sudah disiapkan.
Singkatnya ibu dan anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang satu apapun.
Akhirnya merekapun tiba di tanah suci dan merekapun melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah dan untuk menunaikan ibadah Haji
"Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruan-Mu ya Allah" Hasan menggandeng ibunya dan berbisik,
“Ummi undzur ila Ka’bah (Bu, lihatlah Ka’bah)."
Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu.
Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam.
Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.
Hasan kembali membisiki ibunya.
Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya.
Wajah ibunya pun tampak kebingungan.
Ibunya tak mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan.
Beberapa kali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.
Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya.
Beberapa menit yang lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita.
Selama tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah.
Ia shalat memohon ampunan-Nya.
Hati Hasan begitu sedih.
Siapapun yang datang ke Baitullah, pasti akan mengharapkan rahmat-Nya.
Akan terasa hampa menjadi tamu Allah, jika tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.
Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubat yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugerah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak.
Anak yang sholeh itu berniat akan kembali membawa ibunya berhaji tahun depan.
Tapi ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.
Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi.
Ibunya kembali dibutakan didekat Kabah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan simbol persatuan umat Islam itu.
Wanita itu tidak bisa melihat Ka’bah.
Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci di tahun berikutnya untuk melaksanakan ibadah Haji lagi.
Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah.
Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak dimatanya hanyalah gelap dan gulita.
Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah, ibunya.
Kejadian itu pun berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.
Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah.
Padahal, setiap berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal.
Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT?
Apa yang telah diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu?
Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya.
Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya.
Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karena kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat).
Tanpa kesulitan berarti, Hasan akhirnya bisa bertemu dengan ulama yang dimaksud.
Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang shaleh ini.
Ulama itu mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu Hasan mau menelponnya.
Anak yang berbakti ini pun pulang.
Setibanya ditanah kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut.
Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya.
Ia pun mau menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci.
Ulama itu kemudian meminta Sarah untuk berintrospeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya dimasa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah.
Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya
“Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalah sepele,” kata ulama itu pada Sarah.
Sarah terdiam sejenak.
Kemudian ia meminta waktu untuk memikirkannya.
Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat kabar dari Sarah.
Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon.
“Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit,” cerita Sarah akhirnya
“Oh, bagus… Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia,” potong ulama itu.
“Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,” ungkapnya terus terang.
Ulama itu terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.
“Disana…” sambung Sarah,
“Saya sering kali menukar bayi, karena tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.”
Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah.
“Astagfirullah…” betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak.
Bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.
Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting.
Padahal, nasab ini sangat menentukan dala perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.
“Cuma itu yang saya lakukan,” ucap Sarah.
“Cuma itu?" tanya ulama terperangah.
“Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah
Anda hancurkan!” ucap ulama tersebut dengan nada tinggi.
“Lalu apa lagi yang Anda kerjakan?” tanya ulama itu lagi sedikit kesal.
“Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati.”
“Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,” kata ulama.
“Ya, tapi saya memandikan orang mati karena ada kerja sama dengan tukang sihir.”
“Maksudnya?” tanya ulama tidak mengerti.
“Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu harus sesuai dengan syaratnya, yaitu dipendam di dalam tanah. Akan tetapi, saya tidak menguburnya didalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.”
“Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya coba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan.”
Mendengar penuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah.
“Cuma itu yang kamu lakukan ? Masya Allah…! Saya tidak bisa bantu Anda. Saya angkat tangan”.
Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah.
Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji.
Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata,
“Anda harus memohon ampun kepada Allah, karena hanya Dialah yang bisa mengampuni dosa Anda.”
Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar kabar selanjutnya dari Sarah.
Akhirnya ia mencari tahu dengan menghubunginya melalui telepon.
Ia berharap Sarah telah bertobat atas segala yang telah diperbuatnya.
Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya.
Karena tak juga memperoleh kabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di Mesir.
Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri.
Ulama menanyakan kabar Sarah, ternyata kabar duka yang diterima ulama itu.
“Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon Ustad,” ujar Hasan.
Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut. “Bagaimana ibumu meninggal, Hasan?” tanya ulama itu.
Hasan akhirnya bercerita, Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia.
Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah.
Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas izin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras.
Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali.
Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat.
Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yang menyadari bahwa tanah itu kembali rapat.
Peristiwa itu terjadi berulang-ulang.
Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi.
Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayit.
Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian karena pekerjaan mereka tak juga usai.
Siang-pun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satu-pun lubang yang berhasil digali.
Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang.
Jenazah itu akhirnya dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang.
Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur.
Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin.
Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri.
Dengan izin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir.
Lelaki itu tidak tampak wajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan.
Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya,”Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!” kata orang itu.
Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya.
Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudian mengebumikan ibunya.
“Aku minta supaya kau jangan menengok ke belakang, sampai tiba di rumahmu,” pesan lelaki itu.
Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman.
Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya.
Sedetik kemudian ia menengok ke belakang.
Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya.
Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan.
Hasan ketakutan.
Dengan langkah seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu.
Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu.
Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman karena terbakar.
Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan.
Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya.
Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu.
Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan izin Allah akan hilang.
Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulama itu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitaman hilang.
Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya.
Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.
sumber : palembang.tribunnews.com
web hosting surabaya
cpanel web hosting
beli web hosting
daftar domain
membuat web hosting
jakarta web hosting
wordpress hosting indonesia
indo web hosting
web hosting termurah
hosting indonesia gratis
singapore hosting
sewa web hosting
hosting tangguh
buy hosting
vps hosting indonesia
web hosting indonesia terbaik
web hosting indonesia gratis
web hosting terbaik
hosting web
beli domain dan hosting murah
web hosting murah
beli hosting murah
daftar web hosting
shared hosting murah
web hosting murah unlimited
web hosting indonesia
web hosting terbaik indonesia
hosting murah unlimited
review hosting indonesia
70
Rp 2.03 0.47
web hosting terbaik di indonesia
90
Rp 1.96 0.46
hosting terbaik
1600
Rp 1.91 0.42
sewa hosting murah
30
Rp 1.9 0.79
hosting indonesia terbaik
390
Rp 1.89 0.4
paket hosting murah
40
Rp 1.87 0.96
vps hosting murah
30
Rp 1.85 0.97
jasa web hosting
30
Rp 1.78 0.73
hosting terbaik indonesia
880
Rp 1.77 0.44
web hosting murah indonesia
70
Rp 1.77 0.71
best hosting indonesia
90
Rp 1.7 0.62
hosting murah
5400
Rp 1.7 0.93
domain id
1000
Rp 1.69 0.45
hosting cpanel
110
Rp 1.69 0.61
hosting dan domain
210
Rp 1.66 0.64
hosting free
880
Rp 1.66 0.64
top 10 web hosting indonesia
50
Rp 1.64 0.67
bisnis hosting
50
Rp 1.63 0.43
jual domain murah
210
Rp 1.62 0.89
web hosting gratis
2900
Rp 1.62 0.55
beli domain dan hosting
590
Rp 1.6 0.68
domain hosting indonesia
50
Rp 1.6 0.82
beli hosting
390
Rp 1.58 0.72
bisnis web hosting
20
Rp 1.57 0.73
email hosting indonesia
260
Rp 1.56 0.46
membuat server hosting sendiri
70
Rp 1.52 0.16
free hosting and domain
480
Rp 1.51 0.64
harga domain
880
Rp 1.49 0.51
telkom hosting
90
Rp 1.49 0.1
hosting indonesia murah
90
Rp 1.46 0.88
hosting terbaik di indonesia
210
Rp 1.46 0.5
cara hosting web
480
Rp 1.44 0.38
unlimited hosting
140
Rp 1.44 0.92
biznet hosting
140
Rp 1.42 0.22
unlimited hosting indonesia
50
Rp 1.42 0.88
top hosting indonesia
30
Rp 1.41 0.58
hosting yang bagus
50
Rp 1.4 0.48
asian brain hosting
40
Rp 1.39 0.19
domain dan hosting murah
170
Rp 1.39 0.94
domain hosting murah
320
Rp 1.37 0.63
cara beli domain
320
Rp 1.35 0.48
beli domain murah
880
Rp 1.34 0.72
plasa hosting
260
Rp 1.34 0.15
hosting murah indonesia
jagoan hosting surabaya
jual domain
hosting server indonesia
cara pindah hosting
pasarhosting
sewa domain
webhost
cpanel hosting
hosting murah berkualitas
domain dan hosting
harga hosting
membuat server hosting
daftar hosting
harga hosting dan domain
windows hosting indonesia
jasa hosting terbaik
jasa hosting murah
hosting indonesia
domain paling murah
hosting termurah indonesia
pengertian domain dan hosting
hosting gratis terbaik
domain dan hosting gratis